Selasa, 22 April 2014

Belajar diutamakan, Organisasi dinomer satukan! (Prestasi Oke, Organisasi Yes!)

Belajar diutamakan, Organisasi dinomer satukan! (Prestasi Oke, Organisasi Yes!)

Sebut saja namanya Joko, lulus kuliah dengan nilai akademis yang fantastis. Ia pun mudah diterima kerja. Tapi masalah mulai muncul saat ia harus berhadapan dengan struktur organisasi  perusahaan dimana ia bekerja. Belum lagi harus adu pendapat di rapat-rapat kerja yang ia pun asing dengannya. Maklum, selama sekolah dan kuliah, si Joko ini tidak pernah mengikuti organisasi apa pun alias anti dengan organisasi.
Lain lagi ceritanya dengan Wanto. Nilainya memang biasa saja. Tapi, si Wanto ini masuk categori profil mahasiswa yang punya kemampuan bagus dalam membagi waktu antara belajar dan berorganisasi. Ya, Wanto adalah seorang aktivis dikampusnya. Tak hanya sejak dikampus sie, jejak aktifnya di organisasi telah ia mulai sejak di MI (Madrasah Ibtidaiyyah), dari Pramuka, Paduan Suara dan extrakulikuler lainnya.
Tak disangka, pengalaman organisasinya membawa manfaat saat wawancara kerja. Keterbiasaannya mengungkapkan pikiran dan pendapatnya secara verbal di depan umum, membantu ia dalam proses wawancara kerja tersebut. Ia pun menjalani tes wawancara itu dengan lancar dan mengesankan. Di dunia kerja, ia tidak canggung menghadapi struktur organisasi dan rapat-rapat kerja. Dan saat ia diangkat menjadi manajer, ia mampu mempimpin bawahannya dengan baik.
Ilustrasi diatas memang tidak mewakili seluruh orang yang pernah berorganisasi atau pun tidak. Masih ada juga orang yang canggung walau punya banyak pengalaman jadi organisatoris. Atau bahkan ada juga ornag yang justru luwes walaupun tidak pernah bersentuhan dengan aktivitas organisasi di sekolah atau kulliahnya. Tapi, ilustrasi ini bisa menjelaskan manfaat dari berorganisasi.
Belajar Diutamakan
Telah diimani bersama, bahwa sekolah atau madrasah merupakan tempat bagi siswanya dalam menimba ilmu, mengembangkan potensi diri baik itu dibidang akademik maupun dalam sebuah organisasi. Sebagai seorang pelajar tentu tujuan utamanya adalah belajar. Kembali ke khittoh sebagai seorang pelajar sejati itu, akan mengiring kepada satu pemahaman akan kewajiban utamanya yaitu belajar. Ruangan kelas dan kamar belajar akan selalu menjadi tempat favorit untuk dikunjungi. Hari-harinya akan dihabiskan dengan bergulat ria dengan buku-buku LKS, guru privat dan aktifitas-aktifias belajar lainnya. Karena Memiliki anak dengan prestasi bagus adalah dambaan setiap orang tua. Keduanya akan bangga jika melihat anaknya menulang prestasi belajar yang baik disekolahnya. Hingga porsi belajarnya pun harus diutamakan demi menuai tujuan utamanya itu.
Prestasi. Iya satu hasil dari sebuah usaha. Dengan sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha, pekerjaan (Seperti belajar) yang dilakukan dengan sunguh-sunguh sehingga mencapai hasil yang terbaik dan maksimal. Inilah sejatinya yang mungkin membuat banyak orang terlena dalam satu pemahaman yang  mungkin salah, Jika prestasi anak hanya dilihat dari sisi akademis. Hasil dari belajar yang sukses sebagaimana disampaikan banyak tokoh adalah hasil belajar yang menghasilkan goal pada 3 aspek besar, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Mungkin hipotesa yang bisa diambil sekarang adalah ketidak sadaran kita akan pemenuhan 3 aspek penting ini, untuk menghantarkan siswa menjadi orang yang siap pakai, terutama di masyarakat. Sudahkah siswa kita dikenalkan pada hal tersebut?
Organisasi Dinomersatukan
Terlibat aktif dalam organisasi akan mengembangkan kemampuan dan kapasitas pribadi seseorang. Telah terbukti baik secara ilmiah maupun secara realita dikehidupan sehari-hari, orang-orang yang matang dalam organisasi lebih unggul dibandingkan mereka yang diam saja.
Softskill. Iya satu Skill yang tidak diajarkan didalam kelas. Ini yang menjadi alasan betapa pentingnya siswa mencari pengalaman belajar diluar kelas, utamanya ikut organisasi. Karena aspek inilah yang dominan dalam mendukung kiprah mereka di masyarakat. Perlu anda ketahui  Ada 24 Atribut softskills yang dominan dibutuhkan dilapangan kerja atau masyarakat (pasca lulus sekolah atau kuliah) yang telah dirilis oleh  center for enterpreuneurship education and development, yaitu meliputi: Inisiatif, Etika, Berfikir kritis, Kemauan belajar, Komitmen, Motivasi, Bersemangat, Dapat diandalkan, Integritas, Komunikasi lisan dan Kreatif, serta kemampuan analitis yang berporos pada kemampuan mengatasi stress, Menejemen diri, Menyelesaikan persoalan, Dapat meringkas, Berkooperasi, Fleksibel, Kerja dalam tim, Mandiri, Mendengarkan, Tangguh, Berargumen logis dan Menejemen waktu.
Ke 24 atribut tersebut dapat kita gali melalui berorganisasi. Itulah betapa pentingnya kita untuk menomorsatukan organisasi. Karena banyak hal akan kita dapatkan dari organisasi:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah
Hal ini salah satu nilai tambah yang didapatkan seseorang dengan aktif di organisasi. Perbedaan yang jelas akan terlihat ketika dua orang dibandingkan. Satu siswa  terbiasa menyelesaikan masalah-masalah di organisasi, satu lagi siswa yang terbiasa diam dikamar, kutu buku, tak pernah bergaul.
Siswa yang terbiasa di organisasi cenderung tidak shock ketika mendapatkan masalah, menanggapi dengan lebih tenang karena dia telah terbiasa. Sementara siswa yang tak terbiasa merasa tidak percaya diri, dan akhirnya kebingungan.
2. Kemampuan menentukan pilihan terbaik (prioritas)
Pilihan untuk berorganisasi secara maksimal sendiri adalah pilihan yang berat. Mereka yang aktif berkecimpung dalam dunia organisasi biasanya berhadapapan dengan banyak masalah yang harus segera diselesaikan.
Latihan-latihan dalam dunia organisasi untuk menyelesaikan masalah umumnya sangat sering. Masalah bisa dicari, bahkan biasanya datang sendiri. Nah, semakin sering menyelesaikan masalah ini, maka intuisi untuk menentukan prioritas akan semakin terasah.
Mereka yang aktif di organisasi dilatih untuk pandai memilah masalah. Mana masalah sangat penting, mana masalah yang sudah dikejar deadlinemana masalah tidak terlalu penting, mana masalah yang dapat diselesaikan suatu saat nanti. Semakin lama dan semakin banyak masalah yang berhasil disortir, maka kemampuan ini akan semakin tertempa.
3. Teman dan sahabat
Poin tiga ini adalah salah satu buah manisnya dunia organisasi. Salah satu yang paling banyak menarik orang untuk terlibat aktif di organisasi. Intensitas diskusi, sharing, komunikasi inilah yang nantinya akan memunculkan ikatan pertemanan, ikatan emosional, dan persahabatan.
Banyak pertemanan dan persahabatan akrab berawal dari organisasi. Banyak rekanan yang cocok, partner yang pas di kemudian hari dimulai dari kedekatannya di satu organisasi tertentu.
4. Jejaring Sosial (Sosial Network)-Jejaring Kerja (Job Network)
Poin nomor empat ini juga salah satu yang menarik banyak orang untuk berorganisasi. Aktif berorganisasi, artinya punya kesempatan mendapat banyak teman, punya kesempatan mengenal banyak orang, punya kesempatan berinteraksi dengan berbagai lembaga (misalnya sponsor, rekanan, dsb).
Dari interaksi-interaksi itulah orang yang berorganisasi dapat mengumpulkan jaringan dan koneksinya. Pertemanan yang baik saja dapat menjadi sebuah koneksi yang bagus di kemudian hari. Orang yang punya kemampuan komunikasi bagus dalam organisasi biasanya punya banyak kenalan. Punya teman dimana-mana. Punya kenalan di perusahaan A, di perusahaan B, dll. Kemudian hari, kenalan-kenalan ini dapat dijadikan sebuah jaringan yang berguna untuk karier dan lain-lain.
5. Keahlian Spesifik
Poin nomor lima ini sering dijadikan bahan tulisan, dasar yang menjadi intisari dari tujuan orang berorganisasi. Berbicara keahlian, sangat banyak cakupannya. Banyak kemampuan bisa disebut keahlian. Dan untungnya, keahlian spesifik dalam organisasi  ini tidak didapatkan di materi kuliah.
Keahlian spesifik yang dimaksud menjurus pada suatu keahlian khusus. Dan pendalamannya harus dengan latihan yang terus menerus. Di Organisasi pers alam misalnya, seseorang akan diajari, dilatih untuk ahli dalam ilmu tulis menulis, layout, dan sebagainya, tergantung bidang yang diambil dalam Organisasi pers tersebut.
6. Popularitas
Salah satu yang paling menarik minat orang untuk berorganisasi adalah ingin dikenal orang lain. Dalam bahasa kerennya disebut popuparitas, atau menjadi populer.
Banyak dikenal orang, dimana saja memang menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini sah-sah saja untuk dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula, sebenarnya orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan sendirinya tanpa perlu digembar-gemborkan.
7. Belajar untuk menyampaikan pendapat, ide, dan gagasan
Di organisasi, kamu punya kesempatan yang luas untuk belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai forum yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang.
Mulai dengan tata bahasa yang kacau balau, sampai akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan kamu dalam bahasa yang elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan ditempa. Pada saat pertama kali berbicara didepan khalayak ramai, barangkali kamu merasa tidak percaya diri, kaki gemetar, bahkan sampai berkeringat dingin dengan jantung dag dig dug.
Di organisasi, kamu akan dilatih, belajar terus menerus, sampai akhirnya percaya dirimu menjadi tinggi, sehingga semua keraguan itu sirna dari pikiranmu. Dan akhirnya kamu pun mampu untuk tampil kedepan, mengutarakan gagasan brilianmu.
8. Belajar cara berdiplomasi, bernegosiasi, melobi, atau mempengaruhi orang lain secara persuasif
Ini adalah soft skill yang langka. Tidak semua orang bisa melakukannya. Pendekatan persuasif cenderung lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Walaupun prosesnya butuh kesabaran dan perhitungan yang cermat
Tidak melulu masalah dapat diselesaikan dengan fisik, adu otot, senjata dan sebagainya. Kadang perlu ada pendekatan-pendekatan yang lebih halus. Ingat, perjuangan bersenjata saja takkan membuat Indonesia merdeka.
Untuk masalah-masalah yang serius dan sensitif, sedikit saja melakukan kesalahan, akan fatal akibatnya kedepan. Bayangkan, masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara negosiasi tapi malah di selesaikan secara fisik, mubazir bukan?
Di Organisasi, teknik bernegosiasi, diplomasi dan lobi dapat dipelajari secara otodidak. Kamu dapat mempraktekkan langsung suatu konsep/pendekatan yang sudah kamu rancang.
Seiring berjalannya waktu dan seringnya kamu menerapkan cara negosiasi yang baik, maka kamu akan semakin matang. Terkadang jika terjadi suatu masalah yang melibatkan lebih dari satu pihak, kesuksesan suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat bergantung pada suksesnya negosiasi.
10. Kemampuan admisistrasi, struktural, prosedural
Poin ini adalah kemampuan dasar yang akan didapatkan seandainya seseorang mau terlibat aktif dalam organisasi. Kemampuan administrasi seperti surat menyurat misalnya, memang terkesan enteng. Namun pada momen tertentu, masalah enteng ini dapat saja menjadi penghambat jika diabaikan.
Di Organisasi, kamu akan melihat dan merasakan langsung bagaimana berhadapan dengan struktur-struktur dalam organisasi, bagaimana berhadapan dengan prosedur-prosedur baku dalam organisasi, bagaimana pengurusan dan pengelolaan administrasi dalam suatu organisasi.
11. Belajar menjadi pemimpin-memimpin sebuah tim
Ini erat kaitannya dengan jabatan. Jika jabatan adalah posisi struktural, maka pemimpin adalah posisi operasional. Ketua organisasi sudah jelas akan merasakan hal ini. Tapi tak tertutup kemungkinan untuk belajar memimpin bagi pejabat-pejabat dibawahnya.
Menjadi ketua dalam sebuah organisasi belum tentu menjadi pemimpinnya. Ada juga organisasi yang menempatkan seseorang dalam posisi ketua, namun itu hanya jabatan formal. Ada seseorang yang lain lagi yang mengontrol gerak organisasi tersebut, inilah yang dimaksud dengan pemimpin.
Dalam organisasi, biasanya masih menganut “primus interpares“, siapa yang memiliki kecakapan paling bagus, dialah yang dianggap pemimpin oleh organisasi tersebut.
Meski setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, namun belum tentu dia bisa menjadi pemimpin bagi orang lain disekitarnya. Di Organisasilah salah satu tempat untuk mengasah jiwa kepemimpinan ini menjadi semakin matang.
12. Kemampuan untuk memahami karakter orang lain
Bertemu, berkomunikasi, dan berdiskusi dengan banyak orang dalam sebuah organisasi, maupun lintas organisasi, perlahan kamu akan mempelajari berbagai karakter manusia. Di organisasi, dimana anggotanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, punya tujuan pribadi yang tidak sama juga misalnya, pemahaman terhadap karakter seseorang menjadi sangat penting.
Dengan mengetahui karakter, kemudian pemimpin dapat mengambil langkah preventif (pencegahan) seandainya terjadi suatu masalah dalam tubuh organisasi, maupun dalam hubungannya dengan dunia luar.
Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan
Ibarat air dan minyak, belajar dan berorganisasi tidaklah pernah bisa disatukan. Tapi keduanya mungkin saja bisa untuk diharmoniskan. Variasi orang dalam menilai  baik dan buruk berorganisasi merupakan kewajaran. Semuanya berangkat dari sebuah pengalaman yang pernah dialami. Namun, naïf sekali jika mengatakan berorganisasi itu justru menghalangi siswa untuk meraih prestasi. Memang benar, kegiatan dalam organisasi akan menyita waktu kita, termasuk waktu untuk belajar. Padahal belajar merupakan hal yang penting agar kita dapat mencapai sebuah prestasi. Namun, disadari atau tidak, Organisasi merupakan wadah bagi siswa untuk bersosialisasi, melatih jiwa kepemimpinan, kedisplinan, dan melatih bertanggung jawab. Nah, sisi positif dari berorganisasi inilah yang sejatinya mampu menopang siswa meraih prestasi yang sejati, karena ukuran berprestasi yang kemudian jadi tolak ukur sukses tidaknya proses pembelajaran disekolah, tidak hanya dilihat dari hasil puas di rapot, namun juga hasil hebat terjun dimasyarakat.
Tantangan siswa dalam menghadapi dilemanya persoalan ini, bisa teratasi jika mereka berkomitmen untuk BB (bisa balance) sebagai aktifis dan akademis. Ini Bukanlah berarti menuntut setiap aktivis sekolah untuk mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan perikat ‘cumelaude’, tetapi minimal seorang aktivis sekolah memiliki indeks prestasi yang bisa dikatakan standar ataupun bagus. Karena mereka memang tidak bisa disamakan  dengan siswa lainnya  yang hanya punya dua orientasi yaitu sekolah dan rumah. Ketika para siswa tidur – tiduran di rumah dengan santainya, para aktifis ini masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika siswa lain hanya pusing dengan tugas – tugas dari bapak ibu guru, maka para aktivis menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan kebaikan ke depannya.  Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk dilakukan. Banyak pengorbanan  yang harus dilakukan seorang aktivis, berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk kumpul bareng dengan keluarga di rumah.
Akan tetapi, semuanya itu tidaklah menjadi alasan bagi aktifis sekolah untuk terlena dengan urusan organisai, karena selain memegang amanah dari organisasi masing-masing, mereka juga mempunyai amanah utama dari orang tua, yaitu mengikuti proses Tholabul Ilmi dengan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, mereka harus mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS. Artinya, kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga mengutamakan akademis kita sebagai seorang siswa.  Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan inilah yang harus ditanamkan dalam diri masing-masing siswa, guna menciptakan siswa yang aktif berorganisai namun tetap berprestasi. Karena seorang siswa biasa yang mendapat nilai akademis bagus adalah biasa pula, karena mempunyai waktu yang luang untuk mengulang ulang pelajaran, namun aktivis yang mempunyai nilai akademis yang bagus akan  lebih disegani dan dijadikan referensi bagi siswa lain.
Ada 3 tips yang mugkin dapat digunakan untuk menopang prinsip Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan, bagi siswa-siswi disekolah yaitu:
Pertama, Pahami tentang metode belajar kita, karena tiap orang mempunyai metode belajar yang berbeda dan kapasitas yang berbeda dalam menyerap pelajaran. Kenali waktu waktu yang pas bagi kita masing untuk belajar. Apakah malam hari sebelum tidur , ataukan ketika subuh atau pada waktu waktu lainnya sesuai dengan waktu yang kita rasa paling nyaman untuk belajar.
Kedua, buatlah skala prioritas dari segala aktivitas yang akan kita kerjakan pada hari itu, karena keefektifan dalam aktivitas  dapat membuka pikiran kita bahwa ternyata kita mempunyai waktu luang yang dapat digunakan seefisien mungkin untuk mengulang ulang pelajaran misalnya, terutama pada jam jam kosong.
Ketiga, Mulailah membuat target nilai yang akan kita capai pada setiap semester, karena hal tersebut dapat memotivasi kita untuk mencapai nilai yang sesuai dengan target. Jangan memasang target yang rendah karena akan membuat semangat kita mengendur. Sebaliknya target juga harus realistis sesuai dengan kemampuan kita.
Nah, yang paling penting dari itu semua adalah kemampuan kita untuk mengatur waktu. Perlu diingat, Allah SWT memberikan porsi waktu yang sama baik kepada kita, dua puluh empat jam sehari kita, sama dengan dua puluh emapat jam mereka,  maka dituntut kecekapan dari tiap diri, untuk pandai – pandai dalam membagi waktu.
Dari sini setidaknya kita akan menemukan 4 kelompok siswa, hasil dari pergulatannya sebagai akademis dan aktivis, yaitu:
1. Anordinary Student, suatu kelompok siswa yang sukses menjalani prinsip Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan. Dengan indikasi kemampuan organisasi yang mumpuni, ditopang dengan kapasitas akademis yang fantastis. Siswa seperti ini adalah kategori Khowasul Khowas (luar biasa), yang biasanya disegani oleh siswa lainnya dan dijadikan teladan.
2. Anusual Student, kategori kelompok ini bisa dikatakan siswa yang biasa-biasa saja. Kemampuannya tinggi dibidang prestasi akademis. Namun, tidak mempunyai tape record  baik dalam ranah organisasi. Nah, kelompok inilah yang banyak diketemukan, sehingga keberadaannya bisa disebut “biasa”, karena porsi lebih yang mereka miliki untuk menghabiskan waktunya menuang prestasi akademis.
3. Easy-Forget Student, mungkin menamainya dengan siswa pelupa itu cukup tepat. Tetapi bukan berarti pelupa secara denotasi, tapi dimaknai kiasan (Konotasi). Siswa yang masuk kategori dalam kategori satu ini adalah siswa dengan kemampuan organisasi yang menawan, namun “lupa” akademis, alias belum ingat akan nilai akademisnya yang cukup mengecewakan. Yah mungkin karena terlena oleh aktivitas yang begitu padatnya, sehingga mereka perlu diingatkan bahwa oraganisasi adalah nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama, Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan.
4. Brokenhearted Student,  kelompok yang satu ini adalah mereka yang masuk kategori siswa-siswa merana. Siswa dengan reputasi buruk di sekolahnya. Karena bukan hanya tidak membanggakan akan prestasi akademisnya, tapi juga buruk diprestasi organisasinya. Nah, bersiaplah untuk dilupakan atau bahkan dilenyapkan jika masuk kategori kelompok ini.
Akhirnya apa yang penulis telah tulis adalah bagian pengalaman yang dialaminya, dengan penambahan referensi-referensi bacaan yang ditulis oleh aktifis lainnya, dan juga hasil curhatan pengalaman-pengalaman teman. Sehingga akan menjadi bukti kuat bahwa tak ada yang salah dengan organisasi, dan pula tak ada yang perlu ditinggalkan dari kewajiban belajar. Karena yang salah itu diri kita sendiri, salah saat menentukan sikap.
Akhirnya pula, penulis ingin berkata bahwa : “Saya adalah orang yang tidak percaya pada faktor “kebetulan”. Saya yakini semua yang saya lakukan adalah bagian cerita hidup yang telah dituliskan. Asyiknya belajar di sekolah atau pondok, cerita kisah kasih disekolah, deretan kisah menarik dan unik saat harus jadi  aktifis dikegiatan ekstra atau organisasi sekolah, itu semua bukan sebuah kebetulan. Semua itu adalah cara Allah membuat saya lebih terampil, ulet dan tentunya belajar membuka diri dengan lingkungan. Satu pengalaman yang memotivasi saya, mungkin juga kamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar