Belajar diutamakan, Organisasi dinomer satukan! (Prestasi Oke, Organisasi Yes!)
Sebut saja namanya Joko, lulus kuliah dengan
nilai akademis yang fantastis. Ia pun mudah diterima kerja. Tapi masalah mulai
muncul saat ia harus berhadapan dengan struktur organisasi perusahaan
dimana ia bekerja. Belum lagi harus adu pendapat di rapat-rapat kerja yang ia
pun asing dengannya. Maklum, selama sekolah dan kuliah, si Joko ini tidak pernah
mengikuti organisasi apa pun alias anti dengan organisasi.
Lain lagi ceritanya dengan Wanto. Nilainya memang
biasa saja. Tapi, si Wanto ini masuk categori profil mahasiswa yang punya
kemampuan bagus dalam membagi waktu antara belajar dan berorganisasi. Ya, Wanto
adalah seorang aktivis dikampusnya. Tak hanya sejak dikampus sie, jejak
aktifnya di organisasi telah ia mulai sejak di MI (Madrasah Ibtidaiyyah), dari
Pramuka, Paduan Suara dan extrakulikuler lainnya.
Tak disangka, pengalaman organisasinya membawa
manfaat saat wawancara kerja. Keterbiasaannya mengungkapkan pikiran dan
pendapatnya secara verbal di depan umum, membantu ia dalam proses wawancara
kerja tersebut. Ia pun menjalani tes wawancara itu dengan lancar dan
mengesankan. Di dunia kerja, ia tidak canggung menghadapi struktur organisasi
dan rapat-rapat kerja. Dan saat ia diangkat menjadi manajer, ia mampu mempimpin
bawahannya dengan baik.
Ilustrasi diatas memang tidak mewakili seluruh
orang yang pernah berorganisasi atau pun tidak. Masih ada juga orang yang
canggung walau punya banyak pengalaman jadi organisatoris. Atau bahkan ada juga
ornag yang justru luwes walaupun tidak pernah bersentuhan dengan aktivitas
organisasi di sekolah atau kulliahnya. Tapi, ilustrasi ini bisa menjelaskan
manfaat dari berorganisasi.
Belajar Diutamakan
Telah diimani bersama, bahwa sekolah atau
madrasah merupakan tempat bagi siswanya dalam menimba ilmu, mengembangkan
potensi diri baik itu dibidang akademik maupun dalam sebuah organisasi. Sebagai
seorang pelajar tentu tujuan utamanya adalah belajar. Kembali ke khittoh
sebagai seorang pelajar sejati itu, akan mengiring kepada satu pemahaman akan
kewajiban utamanya yaitu belajar. Ruangan kelas dan kamar belajar akan selalu
menjadi tempat favorit untuk dikunjungi. Hari-harinya akan dihabiskan dengan
bergulat ria dengan buku-buku LKS, guru privat dan aktifitas-aktifias belajar
lainnya. Karena Memiliki anak dengan prestasi bagus adalah dambaan setiap orang
tua. Keduanya akan bangga jika melihat anaknya menulang prestasi belajar yang
baik disekolahnya. Hingga porsi belajarnya pun harus diutamakan demi menuai
tujuan utamanya itu.
Prestasi. Iya satu hasil dari sebuah usaha.
Dengan sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha, pekerjaan (Seperti
belajar) yang dilakukan dengan sunguh-sunguh sehingga mencapai hasil yang
terbaik dan maksimal. Inilah sejatinya yang mungkin membuat banyak orang
terlena dalam satu pemahaman yang mungkin salah, Jika prestasi anak hanya
dilihat dari sisi akademis. Hasil dari belajar yang sukses sebagaimana
disampaikan banyak tokoh adalah hasil belajar yang menghasilkan goal pada
3 aspek besar, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Mungkin hipotesa yang bisa diambil sekarang adalah ketidak sadaran kita akan
pemenuhan 3 aspek penting ini, untuk menghantarkan siswa menjadi orang yang
siap pakai, terutama di masyarakat. Sudahkah siswa kita dikenalkan pada hal
tersebut?
Organisasi Dinomersatukan
Terlibat aktif dalam organisasi akan
mengembangkan kemampuan dan kapasitas pribadi seseorang. Telah terbukti baik
secara ilmiah maupun secara realita dikehidupan sehari-hari, orang-orang yang
matang dalam organisasi lebih unggul dibandingkan mereka yang diam saja.
Softskill. Iya satu Skill yang
tidak diajarkan didalam kelas. Ini yang menjadi alasan betapa pentingnya siswa
mencari pengalaman belajar diluar kelas, utamanya ikut organisasi. Karena aspek
inilah yang dominan dalam mendukung kiprah mereka di masyarakat. Perlu anda
ketahui Ada 24 Atribut softskills yang dominan dibutuhkan
dilapangan kerja atau masyarakat (pasca lulus sekolah atau kuliah) yang telah
dirilis oleh center for enterpreuneurship education and development, yaitu
meliputi: Inisiatif, Etika, Berfikir kritis, Kemauan belajar, Komitmen,
Motivasi, Bersemangat, Dapat diandalkan, Integritas, Komunikasi lisan dan
Kreatif, serta kemampuan analitis yang berporos pada kemampuan mengatasi
stress, Menejemen diri, Menyelesaikan persoalan, Dapat meringkas, Berkooperasi,
Fleksibel, Kerja dalam tim, Mandiri, Mendengarkan, Tangguh, Berargumen logis
dan Menejemen waktu.
Ke 24 atribut tersebut dapat kita gali melalui
berorganisasi. Itulah betapa pentingnya kita untuk menomorsatukan organisasi.
Karena banyak hal akan kita dapatkan dari organisasi:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah
Hal ini salah satu nilai tambah yang didapatkan
seseorang dengan aktif di organisasi. Perbedaan yang jelas akan terlihat ketika
dua orang dibandingkan. Satu siswa terbiasa menyelesaikan masalah-masalah
di organisasi, satu lagi siswa yang terbiasa diam dikamar, kutu buku, tak
pernah bergaul.
Siswa yang terbiasa di organisasi cenderung tidak
shock ketika mendapatkan masalah, menanggapi dengan lebih tenang karena dia
telah terbiasa. Sementara siswa yang tak terbiasa merasa tidak percaya diri,
dan akhirnya kebingungan.
2. Kemampuan menentukan pilihan terbaik
(prioritas)
Pilihan untuk berorganisasi secara maksimal
sendiri adalah pilihan yang berat. Mereka yang aktif berkecimpung dalam dunia
organisasi biasanya berhadapapan dengan banyak masalah yang harus segera
diselesaikan.
Latihan-latihan dalam dunia organisasi untuk
menyelesaikan masalah umumnya sangat sering. Masalah bisa dicari, bahkan
biasanya datang sendiri. Nah, semakin sering menyelesaikan masalah ini, maka
intuisi untuk menentukan prioritas akan semakin terasah.
Mereka yang aktif di organisasi dilatih untuk
pandai memilah masalah. Mana masalah sangat penting, mana masalah yang sudah
dikejar deadline, mana
masalah tidak terlalu penting, mana masalah yang dapat diselesaikan suatu saat
nanti. Semakin lama dan semakin banyak masalah yang berhasil disortir, maka
kemampuan ini akan semakin tertempa.
3. Teman dan sahabat
Poin tiga ini adalah salah satu buah manisnya
dunia organisasi. Salah satu yang paling banyak menarik orang untuk terlibat
aktif di organisasi. Intensitas diskusi, sharing, komunikasi inilah yang
nantinya akan memunculkan ikatan pertemanan, ikatan emosional, dan
persahabatan.
Banyak pertemanan dan persahabatan akrab berawal
dari organisasi. Banyak rekanan yang cocok, partner yang pas di kemudian hari
dimulai dari kedekatannya di satu organisasi tertentu.
4. Jejaring Sosial (Sosial Network)-Jejaring
Kerja (Job Network)
Poin nomor empat ini juga salah satu yang menarik
banyak orang untuk berorganisasi. Aktif berorganisasi, artinya punya kesempatan
mendapat banyak teman, punya kesempatan mengenal banyak orang, punya kesempatan
berinteraksi dengan berbagai lembaga (misalnya sponsor, rekanan, dsb).
Dari interaksi-interaksi itulah orang yang
berorganisasi dapat mengumpulkan jaringan dan koneksinya. Pertemanan yang baik
saja dapat menjadi sebuah koneksi yang bagus di kemudian hari. Orang yang punya
kemampuan komunikasi bagus dalam organisasi biasanya punya banyak kenalan.
Punya teman dimana-mana. Punya kenalan di perusahaan A, di perusahaan B, dll.
Kemudian hari, kenalan-kenalan ini dapat dijadikan sebuah jaringan yang berguna
untuk karier dan lain-lain.
5. Keahlian Spesifik
Poin nomor lima ini sering dijadikan bahan
tulisan, dasar yang menjadi intisari dari tujuan orang berorganisasi. Berbicara
keahlian, sangat banyak cakupannya. Banyak kemampuan bisa disebut keahlian. Dan
untungnya, keahlian spesifik dalam organisasi ini tidak didapatkan di
materi kuliah.
Keahlian spesifik yang dimaksud menjurus pada
suatu keahlian khusus. Dan pendalamannya harus dengan latihan yang terus
menerus. Di Organisasi pers alam misalnya, seseorang akan diajari, dilatih
untuk ahli dalam ilmu tulis menulis, layout, dan sebagainya, tergantung bidang
yang diambil dalam Organisasi pers tersebut.
6. Popularitas
Salah satu yang paling menarik minat orang untuk
berorganisasi adalah ingin dikenal orang lain. Dalam bahasa kerennya disebut
popuparitas, atau menjadi populer.
Banyak dikenal orang, dimana saja memang
menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini sah-sah saja untuk
dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula, sebenarnya
orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan sendirinya tanpa
perlu digembar-gemborkan.
7. Belajar untuk menyampaikan pendapat, ide,
dan gagasan
Di organisasi, kamu punya kesempatan yang luas
untuk belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai forum yang
melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang.
Mulai dengan tata bahasa yang kacau balau, sampai
akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan kamu dalam bahasa
yang elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan ditempa. Pada saat pertama
kali berbicara didepan khalayak ramai, barangkali kamu merasa tidak percaya
diri, kaki gemetar, bahkan sampai berkeringat dingin dengan jantung dag dig
dug.
Di organisasi, kamu akan dilatih, belajar terus
menerus, sampai akhirnya percaya dirimu menjadi tinggi, sehingga semua keraguan
itu sirna dari pikiranmu. Dan akhirnya kamu pun mampu untuk tampil kedepan,
mengutarakan gagasan brilianmu.
8. Belajar cara berdiplomasi, bernegosiasi,
melobi, atau mempengaruhi orang lain secara persuasif
Ini adalah soft skill yang langka. Tidak semua
orang bisa melakukannya. Pendekatan persuasif cenderung lebih efektif dalam
menyelesaikan masalah. Walaupun prosesnya butuh kesabaran dan perhitungan yang
cermat
Tidak melulu masalah dapat diselesaikan dengan
fisik, adu otot, senjata dan sebagainya. Kadang perlu ada pendekatan-pendekatan
yang lebih halus. Ingat, perjuangan bersenjata saja takkan membuat Indonesia
merdeka.
Untuk masalah-masalah yang serius dan sensitif,
sedikit saja melakukan kesalahan, akan fatal akibatnya kedepan. Bayangkan,
masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara negosiasi tapi malah di
selesaikan secara fisik, mubazir bukan?
Di Organisasi, teknik bernegosiasi, diplomasi dan
lobi dapat dipelajari secara otodidak. Kamu dapat mempraktekkan langsung suatu
konsep/pendekatan yang sudah kamu rancang.
Seiring berjalannya waktu dan seringnya kamu
menerapkan cara negosiasi yang baik, maka kamu akan semakin matang. Terkadang
jika terjadi suatu masalah yang melibatkan lebih dari satu pihak, kesuksesan
suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat bergantung pada suksesnya negosiasi.
10. Kemampuan admisistrasi, struktural,
prosedural
Poin ini adalah kemampuan dasar yang akan
didapatkan seandainya seseorang mau terlibat aktif dalam organisasi. Kemampuan
administrasi seperti surat menyurat misalnya, memang terkesan enteng. Namun
pada momen tertentu, masalah enteng ini dapat saja menjadi penghambat jika
diabaikan.
Di Organisasi, kamu akan melihat dan merasakan
langsung bagaimana berhadapan dengan struktur-struktur dalam organisasi,
bagaimana berhadapan dengan prosedur-prosedur baku dalam organisasi, bagaimana
pengurusan dan pengelolaan administrasi dalam suatu organisasi.
11. Belajar menjadi pemimpin-memimpin sebuah
tim
Ini erat kaitannya dengan jabatan. Jika jabatan
adalah posisi struktural, maka pemimpin adalah posisi operasional. Ketua
organisasi sudah jelas akan merasakan hal ini. Tapi tak tertutup kemungkinan
untuk belajar memimpin bagi pejabat-pejabat dibawahnya.
Menjadi ketua dalam sebuah organisasi belum tentu
menjadi pemimpinnya. Ada juga organisasi yang menempatkan seseorang dalam
posisi ketua, namun itu hanya jabatan formal. Ada seseorang yang lain lagi yang
mengontrol gerak organisasi tersebut, inilah yang dimaksud dengan pemimpin.
Dalam organisasi, biasanya masih menganut “primus
interpares“, siapa yang memiliki kecakapan paling bagus, dialah yang
dianggap pemimpin oleh organisasi tersebut.
Meski setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri, namun belum tentu dia bisa menjadi pemimpin bagi orang lain
disekitarnya. Di Organisasilah salah satu tempat untuk mengasah jiwa
kepemimpinan ini menjadi semakin matang.
12. Kemampuan untuk memahami karakter orang
lain
Bertemu, berkomunikasi, dan berdiskusi dengan
banyak orang dalam sebuah organisasi, maupun lintas organisasi, perlahan kamu
akan mempelajari berbagai karakter manusia. Di organisasi, dimana anggotanya
berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, punya tujuan pribadi yang tidak
sama juga misalnya, pemahaman terhadap karakter seseorang menjadi sangat
penting.
Dengan mengetahui karakter, kemudian pemimpin
dapat mengambil langkah preventif (pencegahan) seandainya terjadi suatu masalah
dalam tubuh organisasi, maupun dalam hubungannya dengan dunia luar.
Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan
Ibarat air dan minyak, belajar dan
berorganisasi tidaklah pernah bisa disatukan. Tapi keduanya mungkin saja bisa
untuk diharmoniskan. Variasi orang dalam menilai baik dan buruk
berorganisasi merupakan kewajaran. Semuanya berangkat dari sebuah pengalaman
yang pernah dialami. Namun, naïf sekali jika mengatakan berorganisasi itu
justru menghalangi siswa untuk meraih prestasi. Memang benar, kegiatan dalam
organisasi akan menyita waktu kita, termasuk waktu untuk belajar. Padahal
belajar merupakan hal yang penting agar kita dapat mencapai sebuah prestasi.
Namun, disadari atau tidak, Organisasi merupakan wadah bagi siswa untuk
bersosialisasi, melatih jiwa kepemimpinan, kedisplinan, dan melatih bertanggung
jawab. Nah, sisi positif dari berorganisasi inilah yang sejatinya mampu
menopang siswa meraih prestasi yang sejati, karena ukuran berprestasi yang
kemudian jadi tolak ukur sukses tidaknya proses pembelajaran disekolah, tidak
hanya dilihat dari hasil puas di rapot, namun juga hasil hebat terjun
dimasyarakat.
Tantangan siswa dalam menghadapi dilemanya
persoalan ini, bisa teratasi jika mereka berkomitmen untuk BB (bisa balance)
sebagai aktifis dan akademis. Ini Bukanlah berarti menuntut setiap aktivis
sekolah untuk mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan perikat
‘cumelaude’, tetapi minimal seorang aktivis sekolah memiliki indeks prestasi
yang bisa dikatakan standar ataupun bagus. Karena mereka memang tidak bisa
disamakan dengan siswa lainnya yang hanya punya dua orientasi yaitu
sekolah dan rumah. Ketika para siswa tidur – tiduran di rumah dengan santainya,
para aktifis ini masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika siswa lain
hanya pusing dengan tugas – tugas dari bapak ibu guru, maka para aktivis
menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan
kebaikan ke depannya. Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah
untuk dilakukan. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan seorang aktivis,
berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk
kumpul bareng dengan keluarga di rumah.
Akan tetapi, semuanya itu tidaklah menjadi alasan
bagi aktifis sekolah untuk terlena dengan urusan organisai, karena selain
memegang amanah dari organisasi masing-masing, mereka juga mempunyai amanah
utama dari orang tua, yaitu mengikuti proses Tholabul Ilmi dengan dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, mereka harus mempunyai prinsip AKTIVIS
AKADEMIS. Artinya, kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga
mengutamakan akademis kita sebagai seorang siswa. Belajar diutamakan,
organisasi dinomer satukan inilah yang harus ditanamkan dalam diri
masing-masing siswa, guna menciptakan siswa yang aktif berorganisai namun tetap
berprestasi. Karena seorang siswa biasa yang mendapat nilai akademis bagus
adalah biasa pula, karena mempunyai waktu yang luang untuk mengulang ulang
pelajaran, namun aktivis yang mempunyai nilai akademis yang bagus akan
lebih disegani dan dijadikan referensi bagi siswa lain.
Ada 3 tips yang mugkin dapat digunakan untuk
menopang prinsip Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan, bagi
siswa-siswi disekolah yaitu:
Pertama, Pahami tentang metode belajar
kita, karena tiap orang mempunyai metode belajar yang berbeda dan kapasitas
yang berbeda dalam menyerap pelajaran. Kenali waktu waktu yang pas bagi kita
masing untuk belajar. Apakah malam hari sebelum tidur , ataukan ketika subuh
atau pada waktu waktu lainnya sesuai dengan waktu yang kita rasa paling nyaman
untuk belajar.
Kedua, buatlah skala prioritas dari segala
aktivitas yang akan kita kerjakan pada hari itu, karena keefektifan dalam
aktivitas dapat membuka pikiran kita bahwa ternyata kita mempunyai waktu
luang yang dapat digunakan seefisien mungkin untuk mengulang ulang pelajaran
misalnya, terutama pada jam jam kosong.
Ketiga, Mulailah membuat target nilai yang
akan kita capai pada setiap semester, karena hal tersebut dapat memotivasi kita
untuk mencapai nilai yang sesuai dengan target. Jangan memasang target yang
rendah karena akan membuat semangat kita mengendur. Sebaliknya target juga
harus realistis sesuai dengan kemampuan kita.
Nah, yang paling penting dari itu semua adalah
kemampuan kita untuk mengatur waktu. Perlu diingat, Allah SWT memberikan porsi
waktu yang sama baik kepada kita, dua puluh empat jam sehari kita, sama dengan
dua puluh emapat jam mereka, maka dituntut kecekapan dari tiap diri,
untuk pandai – pandai dalam membagi waktu.
Dari sini setidaknya kita akan menemukan 4
kelompok siswa, hasil dari pergulatannya sebagai akademis dan aktivis, yaitu:
1. Anordinary Student, suatu kelompok siswa yang sukses menjalani prinsip Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan. Dengan indikasi kemampuan organisasi yang mumpuni, ditopang dengan kapasitas akademis yang fantastis. Siswa seperti ini adalah kategori Khowasul Khowas (luar biasa), yang biasanya disegani oleh siswa lainnya dan dijadikan teladan.
2. Anusual Student, kategori kelompok ini bisa dikatakan siswa yang biasa-biasa saja. Kemampuannya tinggi dibidang prestasi akademis. Namun, tidak mempunyai tape record baik dalam ranah organisasi. Nah, kelompok inilah yang banyak diketemukan, sehingga keberadaannya bisa disebut “biasa”, karena porsi lebih yang mereka miliki untuk menghabiskan waktunya menuang prestasi akademis.
3. Easy-Forget Student, mungkin menamainya dengan siswa pelupa itu cukup tepat. Tetapi bukan berarti pelupa secara denotasi, tapi dimaknai kiasan (Konotasi). Siswa yang masuk kategori dalam kategori satu ini adalah siswa dengan kemampuan organisasi yang menawan, namun “lupa” akademis, alias belum ingat akan nilai akademisnya yang cukup mengecewakan. Yah mungkin karena terlena oleh aktivitas yang begitu padatnya, sehingga mereka perlu diingatkan bahwa oraganisasi adalah nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama, Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan.
4. Brokenhearted Student, kelompok yang satu ini adalah mereka yang masuk kategori siswa-siswa merana. Siswa dengan reputasi buruk di sekolahnya. Karena bukan hanya tidak membanggakan akan prestasi akademisnya, tapi juga buruk diprestasi organisasinya. Nah, bersiaplah untuk dilupakan atau bahkan dilenyapkan jika masuk kategori kelompok ini.
1. Anordinary Student, suatu kelompok siswa yang sukses menjalani prinsip Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan. Dengan indikasi kemampuan organisasi yang mumpuni, ditopang dengan kapasitas akademis yang fantastis. Siswa seperti ini adalah kategori Khowasul Khowas (luar biasa), yang biasanya disegani oleh siswa lainnya dan dijadikan teladan.
2. Anusual Student, kategori kelompok ini bisa dikatakan siswa yang biasa-biasa saja. Kemampuannya tinggi dibidang prestasi akademis. Namun, tidak mempunyai tape record baik dalam ranah organisasi. Nah, kelompok inilah yang banyak diketemukan, sehingga keberadaannya bisa disebut “biasa”, karena porsi lebih yang mereka miliki untuk menghabiskan waktunya menuang prestasi akademis.
3. Easy-Forget Student, mungkin menamainya dengan siswa pelupa itu cukup tepat. Tetapi bukan berarti pelupa secara denotasi, tapi dimaknai kiasan (Konotasi). Siswa yang masuk kategori dalam kategori satu ini adalah siswa dengan kemampuan organisasi yang menawan, namun “lupa” akademis, alias belum ingat akan nilai akademisnya yang cukup mengecewakan. Yah mungkin karena terlena oleh aktivitas yang begitu padatnya, sehingga mereka perlu diingatkan bahwa oraganisasi adalah nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama, Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan.
4. Brokenhearted Student, kelompok yang satu ini adalah mereka yang masuk kategori siswa-siswa merana. Siswa dengan reputasi buruk di sekolahnya. Karena bukan hanya tidak membanggakan akan prestasi akademisnya, tapi juga buruk diprestasi organisasinya. Nah, bersiaplah untuk dilupakan atau bahkan dilenyapkan jika masuk kategori kelompok ini.
Akhirnya apa yang penulis telah tulis adalah
bagian pengalaman yang dialaminya, dengan penambahan referensi-referensi bacaan
yang ditulis oleh aktifis lainnya, dan juga hasil curhatan
pengalaman-pengalaman teman. Sehingga akan menjadi bukti kuat bahwa tak ada
yang salah dengan organisasi, dan pula tak ada yang perlu ditinggalkan dari
kewajiban belajar. Karena yang salah itu diri kita sendiri, salah saat menentukan
sikap.
Akhirnya pula, penulis ingin berkata bahwa : “Saya
adalah orang yang tidak percaya pada faktor “kebetulan”. Saya yakini semua
yang saya lakukan adalah bagian cerita hidup yang telah dituliskan. Asyiknya
belajar di sekolah atau pondok, cerita kisah kasih disekolah, deretan kisah
menarik dan unik saat harus jadi aktifis dikegiatan ekstra atau
organisasi sekolah, itu semua bukan sebuah kebetulan. Semua itu adalah cara
Allah membuat saya lebih terampil, ulet dan tentunya belajar membuka diri
dengan lingkungan. Satu pengalaman yang memotivasi saya, mungkin juga kamu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar